Selasa, 29 Januari 2013

Better at start, Worse at end


Awalnya aku sangat senang, tetapi kesenanganku berubah menjadi penyesalan setelah suatu peristiwa terjadi kepada sahabatku. Hari itu adalah hari dimana aku dan sahabatku telah merencanakan untuk pergi ke suatu tempat yang indah. Pagi-pagi sekali sahabtaku telah datang menghampiriku. Ketika aku sedang membukakan pintu aku merasakan ada sesuatu yang akan menimpa aku dan sahabatku. Aku berkata dalam hati “ ah, mungkin hanya perasaanku saja.” . Sengaja aku melupakan hal itu. Aku bergegas ganti pakaian karena sahabatku sudah agak lama menungguku. Sesampai di tempat yang telah kurencanakan dengan sahabatku, aku merasa sangat senang, karena hari ini mungkin akan menjadi hari terindahku. Aku dan sahabatku menghabiskan waktu disana. Sampai-sampai tidak terasa matahari sudah berada di sebelah Barat. Aku dan sahabatku bergegas pulang karena kami sudah berjanji untuk tidak pulang larut malam. Waktu aku dan sahabatku mau menuju ke tempat parker di seberang jalan, aku iseng kepada sahabtku. Karena aku tau dia sangat takut menyebrang jalan sendirian. Aku berkata “ kamu menyebrang dulu saja, aku mau mebeli minuman dulu.” “Oi! Kamu kan tau aku paling takut kalau disuruh nyebrang sendiri, gimana sih kamu” sahut sahabatku dengan wajah sedikit marah. “ alah, Kamu ini! Kaya anak kecil saja sih. Masa’ taku nyebrang sendiri.” Ucapku sambil tertawa kecil dihatiku. “ tapi….” “ udahlah. Aku yakin kamu pasti bisa . coba saja!” ucapku memberi semangat sambil memotong pembicaraan sahabatku. “ okelah! Aku yakin aku pasti bisa” jawabnya dengan penuh semangat Untuk lebih meyakinkannya aku pura-pura berjalan menuju ke took minuman. Aku tertawa saat sesekali aku menengok kea rah belakang dan melihat sahabtaku sangat gelisah. Sebelum aku sampai ke took minuman, tiba-tiba aku mendengar teriakan seseorang yang sepertinya sudah tidak asing bagiku lagi. Aku berlali ke arah kerumunan orang yang sedang membantu para korban. Awalnya aku takut, bagaimana jika ia adalah sahabatku. Sesampaiku di lokasi aku jatuh lesu, tak kuasa aku menahan air mataku yang jatuh. Aku sangat menyesal sekali, akibat ke isenganku sahabat yang sudah aku anggap menjadi saudaraku sendiri harus di bawa ke rumah sakit. Air mataku mulai mongering, tak sanggup lagi aku menahan tangis. Berkali-kali kata maaf aku ucapkan ke orang tua sahabatku. Tapi kata maaf, bagiku sudah tak ada artinya lagi. Hari yang indah telah menjadi mala petaka bagiku.

0 komentar:

Posting Komentar