Awalnya aku
sangat senang, tetapi kesenanganku berubah menjadi penyesalan setelah suatu
peristiwa terjadi kepada sahabatku. Hari itu adalah hari dimana aku dan
sahabatku telah merencanakan untuk pergi ke suatu tempat yang indah. Pagi-pagi
sekali sahabtaku telah datang menghampiriku. Ketika aku sedang membukakan pintu
aku merasakan ada sesuatu yang akan menimpa aku dan sahabatku. Aku berkata
dalam hati “ ah, mungkin hanya perasaanku saja.” . Sengaja aku melupakan hal
itu. Aku bergegas ganti pakaian karena sahabatku sudah agak lama menungguku.
Sesampai di tempat yang telah kurencanakan dengan sahabatku, aku merasa sangat
senang, karena hari ini mungkin akan menjadi hari terindahku. Aku dan sahabatku
menghabiskan waktu disana. Sampai-sampai tidak terasa matahari sudah berada di
sebelah Barat. Aku dan sahabatku bergegas pulang karena kami sudah berjanji
untuk tidak pulang larut malam. Waktu aku dan sahabatku mau menuju ke tempat
parker di seberang jalan, aku iseng kepada sahabtku. Karena aku tau dia sangat
takut menyebrang jalan sendirian. Aku berkata “ kamu menyebrang dulu saja, aku
mau mebeli minuman dulu.” “Oi! Kamu kan tau aku paling takut kalau disuruh
nyebrang sendiri, gimana sih kamu” sahut sahabatku dengan wajah sedikit marah.
“ alah, Kamu ini! Kaya anak kecil saja sih. Masa’ taku nyebrang sendiri.”
Ucapku sambil tertawa kecil dihatiku. “ tapi….” “ udahlah. Aku yakin kamu pasti
bisa . coba saja!” ucapku memberi semangat sambil memotong pembicaraan
sahabatku. “ okelah! Aku yakin aku pasti bisa” jawabnya dengan penuh semangat
Untuk lebih meyakinkannya aku pura-pura berjalan menuju ke took minuman. Aku
tertawa saat sesekali aku menengok kea rah belakang dan melihat sahabtaku
sangat gelisah. Sebelum aku sampai ke took minuman, tiba-tiba aku mendengar teriakan
seseorang yang sepertinya sudah tidak asing bagiku lagi. Aku berlali ke arah
kerumunan orang yang sedang membantu para korban. Awalnya aku takut, bagaimana
jika ia adalah sahabatku. Sesampaiku di lokasi aku jatuh lesu, tak kuasa aku
menahan air mataku yang jatuh. Aku sangat menyesal sekali, akibat ke isenganku
sahabat yang sudah aku anggap menjadi saudaraku sendiri harus di bawa ke rumah
sakit. Air mataku mulai mongering, tak sanggup lagi aku menahan tangis.
Berkali-kali kata maaf aku ucapkan ke orang tua sahabatku. Tapi kata maaf,
bagiku sudah tak ada artinya lagi. Hari yang indah telah menjadi mala petaka
bagiku.
0 komentar:
Posting Komentar